Review Film The Batman (2022) Film Superhero? Sepertinya Bukan

Semenjak diumumkannya projek film ini sekitar 2 atau 3 tahun yang lalu, saya tidak begitu semangat dan antusias menunggu film ini karena masih berharap Ben Affleck tetap mengenakan jubah kelalawar itu. Jujur bahkan sampai sekarang sangat berharap Batman Ben Affleck dapat film solonya atau series lah minimal, kabarnya penampilannya di The Flash nanti menjadi frame terakhir dia sebagai Bruce Wayne. Sedih cuk.

Tetapi sekarang semenjak trailer pertamanya keluar, The Batman langsung masuk urutan nomor pertama daftar tontonan film saya. Sineas di film ini sepertinya mendengarkan kemauan fans Batman yang menginginkan Batman komik akurat. Yang gelap, suram, dan dewasa. 

The Batman (2022) merupakan film aksi, kriminal, misteri yang diangkat dari karakter DC Comic. Disutradarai dan ditulis oleh Matt Reeves, beliau orang dibalik film-film keren seperti Cloverfield (2008), Let Me In (2010), dan Dawn of the Planet of the Apes (2014).
 
Film berdurasi 3 jam ini dibintangi Robert Pattinson sebagai Bruce Wayne/Batman, Zoe Kravitz sebagai Selina Kyle, Jeffrey Wright sebagai James Gordon, Andy Serkis sebagai Alfred da Paul Dano sebagai The Riddler.

Menceritakan Bruce Wayne (Robert Pattinson) orang dibalik topeng Batman yang berusaha memecahkan misteri dan menghentikan aksi pembunuhan yang dilakukan The Riddler. Ia merupakan seorang pembunuh berantai, membunuh orang-orang atau tokoh penting di kota Gotham, Batman pun turun tangan menginvestigasi dan menemukan fakta-fakta tersembunyi nan suram dibalik kebobrokan kota Gotham dan juga warisan keluarga Wayne.

Oh iya tulisan ini tidak mengandung bocoran atau spoiler. Jadi, aman.

Well, saya mulai memuji film ini dengan bilang "GILAA" "Segala aspeknya luar biasa".
ALUR CERITA YANG TIDAK UNTUK SEMUA ORANG
Bagi saya cerita pada film ini cukup berat untuk dicerna namun dapat dinikmati. Entahlah mungkin karena Gotham dan segala kebobrokannya ditambah teka-teki dari The Riddler yang bikin saya mikir terus selama film berlangsung. Hanya membutuhkan sedikit lebih fokus saja agar benar-benar paham akan jalan ceritanya. 

Waktu itu saya menonton disamping saya ada satu keluarga. Ibu, bapak dan anak laki-lakinya (entahlah 8 atau 10 tahun). Belum sampai satu jam film berjalan, bocah kecil itu sudah mulai mengeluh dan merasa bosan dengan filmnya. Dan akhirnya dia berisik lalu keluar. Beruntung orang tua itu langsung keluar dan menuruti keinginan putranya agar tidak mengganggu penonton lain. 

Fase berjalan dengan lambat, muka karakter serius, dan warna gambar yang gelap mungkin menjadi penyebab bocah tadi merasa bosan. Atau memang anaknya manja saja entahlah. Padahal rating usia pada film ini 13 tahun keatas, kenapa orang tua mengizinkan anaknya ikut menonton jika usianya tidak sesuai dengan rating film?

Dari segi cerita memang terkesan bertele-tele mengingat film ini menghabiskan waktu selama 3 jam. Tetapi, some how membuat saya makin penasaran dan tidak mau beranjak dari kursi bioskop. Matt Reeves pandai memacu laju alur filmnya, keseruan dan ketegangan selalu saya rasakan tiap momennya.

The Batman akan memanjakan mata kalian dengan suguhan gambar yang cantik garapan DOP Greig Fraser, beliau juga yang telah membuat film Dune (2021) menjadi indah.

Film in berasa semakin nikmat kita tonton karena konsepnya bernuansa noir. Menambah kesan gelap, suram, dan keputusasaan. Yang mana sebenarnya, secara tidak langsung kita dapat merasakannya. 

Tiap sequencenya mencekam tetapi asyik buat dipantengin. Tapi dibeberapa frame terlihat miss focused dan gak nyaman ditonton, entahlah mungkin disengaja.

MUSIKNYA MEMORABLE
Musik skoring film The Batman begitu mudah nyangkut dikepala, membuat saya merinding. Tiap kali dentungan nadanya keluar saya langsung was-was, si Batman bentar lagi muncul, jadi penasaran apa yang akan terjadi.

Kredit setinggi-tingginya untuk departemen musik, khususnya Michael Giacchino.

ROBERT PATTINSON SEBAGAI BRUCE WAYNE DAN BATMAN

Jujur, peran Bruce Wayne dan Batman jika dibandingkan dengan Cristian Bale, Ben Affleck, atau Michael Keaton tidaklah seimbang. Mengingat ini baru film pertama. Nama aktor tersebut sudah tinggi jam tayangnya (berperan sebagai Batman) jika dibandingkan dengan Robert.

Meskipun begitu, penampilan Robert melampaui ekspektasi saya. Sebagai Batman ia bringas dan juga pintar. Sebagai Bruce Wayne ia menyimpan luka. Tapi sangat di sayangkan porsi ia menjadi Bruce Wayne kalah banyak ketimbang menjadi Batman.

SANG VILLAIN YANG KURANG DI EKSPLOR
Potensi Paul Dano sebagai The Riddler sepertinya akan lebih memuaskan lagi jika dia diberikan sedikit kisah latar belakangnya.

Disini kita diperlihatkan The Riddler yang suka membunuh orang-orang penting di kota Gotham dengan berbagai alasannya. Namun tidak diceritakan kenapa dan sejak kapan dia mempunyai ide itu dan melakukannya. 

Hanya penasaran saja apa sih yang membuat dia "peduli" dengan kota Gotham, namun eksekusinya tidak biasa.

PEMAIN PENDUKUNG YANG GAK KALAH MENARIK
Selina Kyle alias Catwoman yang diperankan oleh Zoë Kravitz berhasil mencuri perhatian. Postur tubuhnya sangat mendukung, meski banyak yang keberatan karena warna kulitnya, saya rasa itu bukanlah masalah besar. Zoë Kravitz tampil luar biasa.

Selain Zoë Kravitz, ada Colin Farrell berperan sebagai The Penguin. Salut dengan departemen tata riasnya. Mengubah penampilan Colin dengan maksimal, saya aja yang nonton berpikir keras, apa iya dia itu Colin Farrell?.

Banyak karakter pendukung lain yang saya rasakan tidak sia-sia hadir walaupun screentime nya singkat. Seperti James Gordon, Alfred, dan Carmine Falcone. Mereka mendapatkan porsinya masing-masing dan memiliki pengaruh yang cukup besar bagi keberlangsungan cerita film ini.
  
ACTION SEQUENCE YANG MENEGANGKAN
Semua ekspektasi saya di film ini perihal adegan aksi sudah terpenuhi. Pokoknya berkelahi harus lama, maksudnya jangan sekali pukul terus si penjahat pingsan. Dan harus ada adegan kejar-kejaran menggunakan Batmobile. 

Saya puas melihat Battinson beraksi. Semuanya aksinya berhasil membuat nafas saya tidak karuan. Menegangkan dan seru. Terlihat Battinson beberapa kali sepertinya /menggunakan gerakan silat untuk membela diri. Banyak pukulan diakhiri dengan sikut dan itu sepertinya ciri khas silat.

SANGAT LAYAK DITONTON
The Batman bagi saya merupakan film yang berbeda dari kebanyakan film Batman dan khususnya genre superhero. Masuk genre superhero pun gak cocok dia. Ada elemen detektifnya, tidak ada unsur scifi-nya, ceritanya tidak haha-hihi seperti universe sebelah, dan sinematografi yang memukau, warna filmnya keren, dan memanjakan mata.

Layak ditonton duduk selama kurang lebih tiga jam menyaksikan aksi Batman memecahkan misteri dari The Riddler saya rasa tidak akan mengecewakan bagi kalian penggemar film aksi dan misteri, apalagi penggemar Batman wajib ditonton.

Skor pribadi untuk The Batman arahan Matt Reeves 4/5.

Posting Komentar untuk "Review Film The Batman (2022) Film Superhero? Sepertinya Bukan"