Review Arrow Musim 2 - Mainnya Psikis

Melanjutkan musim pertama, ketika Oliver Queen gagal menyelamatkan kota Starling mengakibatkan sebagian kota itu hancur. Daerah yang hancur itu adalah The Glades. Malcolm Merlyn lah yang menyebabkan itu semua terjadi, dan Moira Queen ternyata bekerja sama, namun karena suatu hal ia mengkhianati Malcom. Malcolm membuat sebuah device yang dapat membuat bencana gempa buatan untuk menghancurkan The Glades. Hingga usaha Oliver Queen berbuah kecewa. Gagal menyelamatkan The Glades dan gagal menyelamatkan Tomy Merlyn, sahabatnya. 

Di musim ke dua, Oliver mengasingkan diri dan kembali ke pulau dimana dia disana berjuang bertahan hidup selama lima tahun lamanya. Kemudian John Diggle dan Felicity Smoak mencari Ollie, singkatnya mereka menemukan Ollie. Mereka meminta Ollie untuk kembali pulang karena perusahaan miliknya untuk mengelola perusahaan keluarganya karena ibunya yang sedang di tahan.

Dan Ollie tidak tertarik lagi menjadi vigilante, karena mengingat dirinya telah gagal menyelamatkan Tomy, dan separuh kota. Hingga karena satu dan hal lain akhirnya dirinya kembali menjadi vigilante dan berjanji tidak akan membunuh ketika sedang bertugas.

Benang merah cerita terdapat pada sebuah cairan yang telah lama hilang. Cairan atau serum itu ternyata berada di pulau dimana Ollie terdampar. Serum itu memiliki kemampuan merubah penggunanya menjadi lebih kuat, cepat, pintar, dan tak terkalahkan. Cairan itu akan digunakan Slade Wilson untuk menguasai kota dan mengalahkan Green Arrow.

Nah selagi Ollie berusaha menyelamatkan usahanya dan juga berusaha untuk membebaskan ibunya dari hukuman mati, tanpa diduga Slade Wilson alias Deathstroke yang dikabarkan telah mati muncul di Starling City. Apa rencana Slade? Bagaimana dia masih bisa hidup? kita bahas kali ini. Pastinya bahasan kali ini mengandung bocoran.


ULASAN

Musim kedua ini bagi saya cukup terasa melelahkan melihat perjuangan dan pemikiran Oliver. Beban sebagai pahlawan sangat terasa jika dibandingkan dengan musim pertama. Kali ini lebih mengancam keluarga dan orang terdekat dari Ollie.

Saya pun sebagai penonton merasa prihatin atas cobaan yang menimpa Ollie. Konflik internal yang disajikan terasa dekat dan meyakinkan. Ancaman tak kunjung berhenti mengancam keluarga dan perusahaan Ollie serta orang terdekat yang paling Ollie sayangi.

Format yang sama masih diterapkan di tiap episode nya. Dengan babak pertama diperkenalkan masalah, babak kedua penyelesaian masalah dan babak ke tiga muncul masalah baru. Saya tidak begitu protes dengan metode seperti itu asalkan di eksekusi dengan baik, dan untungnya disini penyampaian ceritanya mulus dan mudah dimengerti.

Yang jelas serial ini menyajikan hal-hal yang sama, namun dieksekusi dengan lebih baik. Drama keluarga check, drama persahabatan check, drama percintaan check, baku hantam dan menjaga kota check, serta aksi panahan yang gitu-gitu aja tapi seru check.  

CONFLICT AND CARACTER DEVELOPMENT

Pada musim kedua ini konfliknya cukup banyak dan beragam. Selain pada masa sekarang, dimasa Oliver terjebak di pulau juga memiliki konflik yang sama menegangkannya. Sepertinya semua karakter utama dan pendamping diperlihatkan perkembangan karakternya. Kecuali Felicity Smoak yang saya lihat tidak mengalami perubahan atau sesuatu yang belum kita ketahui sebelumnya. Latar belakang dia pun masih belum terungkap semua selain dia lulusan dari MIT.

Karakter John Diggle, Roy, Sara Lance, Laurel, Thea Queen, Slade Wilson bahkan Detektif Lance pun memiliki porsi pendalaman karakter. Bagusnya disajikan secara singkat dan jelas.

Akhirnya kita melihat ketika Diggle sedang melakukan misinya di Afghanistan. Disana dia ternyata memiliki pengaruh besar dengan susunan cerita, hingga menyambung dengan sub plot Suicide Squad.

Sara yang kabarnya meninggal di musim pertama, ternyata dia masih hidup dan bergabung dengan The League of Assasin (Ra's Al Ghul). Memiliki hubungan spesial dengan anak Ra's Al Ghul dan akibat peristiwa tenggelamnya kapal Queen Gambit mengubah persona dirinya.

Laurel menjadi orang tak karuan, minum obat-obatan, mabuk, hingga dia merasakan titik rendah dirinya di musim ini. Ditinggal mati sang pacar, dipecat dari pengacara, shock mengetahui adiknya masih hidup. Dan menyalahkan ayahnya (That's her thing, gak jelas emang)

Thea yang tadinya tidak peduli terhadap ibunya yang sedang di bui, seiring berjalannya waktu akhirnya dia pun peduli dan mendukung ibunya. Hingga suatu saat dia menemukan jawaban siapa dirinya sebenarnya dan itu akan mengubah perspektif hidupnya. 

Slade Wilson alias Deathstroke yang tadinya kawan menjadi lawan dari Oliver Queen, dari tadinya baik menjadi kejam karena perempuan yang dicintainya telah tiada dan dia menyalahkan Ollie akan hal itu. Villain yang satu ini cukup cerdas melawan ollie dengan mengancam perusahannya, teman dekatnya hingga keluarganya. Adegan aksi Deathstroke apik parah. Dengan koreografi menggunakan segala macam senjata. Dan pertarungan duel tangan kosong yang keren sanggup membuat penonton berdecak kagum akan aksinya.


KEREN JUGA SI ROY 

Penampilan Roy Harper (Colton Haynes) cukup mengejutkan saya. Saya pikir perannya tidak begitu penting di musim kedua ini. Ternyata dia memiliki peran cukup krusial bagi cerita dan runtime dia tampil pun cukup lama tidak sesingkat di musim pertama.

Karakternya pun diperdalam, hingga bergabung bersama tim Arrow dan bekerja sama menumpas kejahatan. Bagi saya itu hal yang tidak disangka-sangka terjadi. Adegan terkeren dari dia adalah ketika darah dia diambil oleh Slade hingga Roy menjadi manusia yang kuat tak terkendali. Dan menang melawan Arrow. Yaa Arrow pun sebenarnya mengalah tapi tetap saja Roy berhasil mencederai Arrow.

SUICIDE SQUAD

Terdapat sub plot yang mengacu pada pembentukan sebuah grup antihero. Yang di inisiatif oleh Amanda Waller, bertujuan untuk menjalankan misi-misi bunuh diri. Yakni Suicide Squad. Beranggotakan Deadshot 

GREEN ARROW VS DEATHSTROKE

Konflik mereka dibangun pelan-pelan tapi terarah. Seiring dengan scene flashback kita saksikan, semakin mengerti motivasi Slade Wilson benci kepada Oliver Queen. Yaa walaupun mudah ditebak oleh saya, karena perempuan. Tetapi magis penasarannya masih kuat dan gregetan.

Pertarungan mereka jujur saya berharap lebih, lebih sadis, action lebih panjang, tapi yang saya dapatkan sudah cukup. Masih saya terima beberapa kekurangan seeperti set lokasi yang kurang begitu kontras dengan kostumnya. Kalian tau lah, si karakter pakai kostum gelap terus berantem ditempat gelap, buat apa coba? bikin pusing aja.

Harus diakui adegan laga pada series ini terutama Green Arrow melawan Deathstroke patut diacungi empat jempol. Saya merasa terhibur, terkejut dan takjub dalam waktu yang bersamaan.

Ditambah act akhir, memperlihatkan kecerdasan Oliver Queen yang belum terlihat sebelumnya menjadi penutup yang membuat ekspresi wajah sulit dikontrol. Saking mindblowing nya.


AKHIR KATA

Tentunya serial ini harus ditonton oleh kalian yang sudah menonton dari musim pertama, karena sayang banget kalau sampai dilewatkan. Sudah cape-cape nonton 23 episode masa berhenti di awal jalan, yang benar saja.

Tapi saya paham rasanya mengeluh melihat angka kepala dua episode dalam satu musim itu memang terasa melelahkan. Silahkan atur jadwal menonton seperti satu hari 2-3 episode. Atau siapkan dulu waktu luangnya, eh, maksudnya waktu liburnya untuk maraton sampai selesai. 

Sajian drama aksi pada serial ini tidak akan mengecewakan penonton, ditambah dengan praktikal efek yang cukup meyakinkan, aksi yang mendebarkan, sequence di pulau yang dinanti-nanti, plus ada penampilan Willa Holland yang uhh oke punya.

Skor pribadi 3,5/5  

Posting Komentar untuk "Review Arrow Musim 2 - Mainnya Psikis"