Review Film 27 Steps Of May (2018)

27 Steps Of May merupakan film karya sutradara Ravi Bharwani yang telah mendapatkan 9 nominasi penghargaan Festival Film Indonesia dan satu diantaranya menang dalam kategori Pemeran Utama Wanita Terbaik.

Sebelum tayang di bioskop 2019 lalu, 27 Steps Of May telah rilis sebelumnya tahun 2018 di Jogja-NETPAC Asian Film Festival. Juga telah tayang di festival film lainnya di berbagai negara.

Dibintangi oleh Raihaanun, Lukman Sardi, Ario Bayu, Verdi Solaiman, Henky Solaiman, dan Otig Parkis. Film ini mendapatkan nilai 8,2 di IMDb.

SINOPSIS

Kisah film 27 Steps Of May berfokus pada kehidupan May (Raihaanun) yang mengalami trauma akibat pemerkosaan yang menimpa dirinya 8 tahun yang lalu. Hingga May menutup diri dari dunia luar dan enggan berkomunikasi bahkan dengan ayahnya sendiri (Lukman Sardi).

May mengisi hari-harinya dengan mengurung diri di kamarnya, olahraga skipping, dan membuat boneka bersama bapaknya. May mendapatkan bahan untuk membuat boneka dari seorang Kurir (Verdi Solaiman).

Suatu hari, dinding polos di kamarnya berlubang. Bikin penasaran, May akhirnya mengintip dari lubang itu dan mengetahui dibalik temboknya terdapat sosok pesulap (Ario Bayu) yang akan menjadi teman baru nya. 

ULASAN

Kesan pertama ketika saya menonton film 27 Steps Of May selama act 1 yaitu membosankan. Bagaimana tidak, selain durasinya yang lumayan lama, banyak adegan berulang ditampilkan di film ini. Seperti adegan makan, membuat boneka, bapak yang emosi terus gebukin orang.

Kebosanan itu terobati dengan peforma akting Raihaanun yang mengesankan dan hampir tanpa dialog. Menambah rasa penasaran akankah May move on dan keluar dari rumahnya? dan bagaimana proses dia memulihkan diri? dan siap menerima dunianya kembali. Juga kehadiran karakter yang diperankan oleh Verdi Solaiman memberikan bumbu manis pada film ini.

Presentasi cerita bisa dibilang lambat, besar kemungkinan penonton akan merasa bosan. Saran saya ketahui dulu tema yang diangkat pada film ini sebelum ditonton. Sebenarnya tema pada film ini menarik bukan hanya untuk para perempuan, tetapi kepada laki-laki juga menjadi tontonan yang dapat menuntun laki-laki agar dapat menjaga sikapnya terutama anu nya hehe.

Warna pada film ini sebenarnya memiliki maksud tersirat. Tone warna cukup jelas menegaskan bahwa film ini memiliki isi konten sensitif nan suram. Gambar pada film ini bagus, terlihat gelap ke biru-biruan sinematik gitu, ditambah desain tempat tinggal keluarga May yang datar dengan warna pastelnya. Bukan hanya setting tempat bahkan pakaian yang digunakan seirama dengan warna film nya.

Bahkan detail makanannya pun diperhatikan, pada awalnya May memakan makanan dengan warna yang tidak begitu mencolok seperti telur dan nasi. Sedangkan ayahnya memakan ayam dan makanan lainnya dengan warna yang mencolok. 

Bicara soal ayah May. Saya merasa kasihan kepada karakter yang dimainkan Lukman Sardi. Sebagai ayah May (entahlah single parent dari dulu) mengurus dan menafkahi putrinya sebagai petinju tergambar jelas penyesalan di wajahnya. Seharusnya dia dapat melindungi anaknya mengingat dia ahli bela diri dan nyatanya tidak dapat melindungi anaknya.

Yaa meskipun skill fighting ayah May biasa aja tapi scene ketika bertanding di ring tinju buat saya itu menegangkan sekali. Yang pasti sutradara dan kru berhasil menciptakan atmosfir sebuah pertandingan tinju dengan petarung yang depresi, rasa bersalah akibat apa yang terjadi pada May bertahun tahun lalu. 

Diceritakan May pada malam hari, dia sedang bermain di pasar malam kemudian selama perjalanan pulang dengan jalan kaki, dia disekap oleh sekelompok lelaki dan memerkosai May dengan paksa. Lalu May pulang dengan tatapan kosong tanpa mengatakan secuil kata pun dari mulutnya.

Mengangkat isu pemerkosaan, film ini menyajikan trauma yang mendalam bagi May. May mewakili perempuan yang menjadi korban pemerkosaan. Saya pada awalnya berfikir sepele mengenai isu ini, karena cuma diperkosa dan May ternyata tidak hamil. Namun menjelang akhir saya mengerti bahwa kejadian seperti itu dapat mengubah sikap, watak, sifat dan pola pikir korban 180°. Bahkan memengaruhi orang-orang disekitarnya.

Pada babak ketiga, kita dikasih tahu bahwa May bukan hanya diperkosa, dia disiksa, dilecehkan, diperlakukan tidak manusiawi hingga memaksa memasukan makanan ke mulutnya. Akibatnya dia menutup diri dari dunia luar, tidak punya teman dan trauma yang dalam dialami oleh May.

Menurut saya menghadirkan sesosok magician (Ario Bayu) itu merupakan ide yang brilian. Diceritakan bahwa si pesulap memiliki studionya sendiri tepat bersebelahan dengan kamar May yang nantinya akan menjadi temannya. Bukan hanya temannya, pesulap mengisyaratkan bahwa ada lho laki-laki yang baik hati, ramah, dan lucu. Jadi tidak semua laki-laki itu jahat kepadanya. Itulah mengapa May hanya membuat boneka perempuan, tidak membuat boneka laki-laki.

Lalu apa yang dimaksud dengan angka 27?. Jujur saya tidak tahu, karena angka 27 tidak disinggung di film ini. Mungkin saja 27 itu merupakan proses yang harus dialami May hingga membuka diri dengan dunia luar. Atau artinya secara harfiah, yaitu May berjalan dari kamar tidurnya menuju keluar rumah menghabiskan 27 langkah kakinya. Entahlah hehe.

Sudah disinggung dari awal bahwa film ini terasa membosankan karena durasinya dan adegan yang berulang. Hubungan May dengan ayahnya yang minim akan komunikasi juga menambah rasa bosan. Namun sebenarnya hal tersebut adalah salah satu pesan yang dicoba sampaikan sutradara kepada penonton. Yakni komunikasi adalah kunci sebuah hubungan. 

Ketika mereka sedang makan atau membuat boneka, yang terjadi hanya keheningan. Film ini menggambarkan May yang berusaha untuk komunikasi dengan ayahnya, begitu juga sebaliknya. Sang ayah hanya kurang perhatian dan mendukung May. Mereka sesungguhnya terjebak dalam kata 'trauma'.

KESIMPULAN

21 Steps of May menambah daftar film Indonesia bermutu yang saya sukai. Dibalik rasa bosan dan keheningan pada paruh awal film, terdapat pesan moral yang dalam, ditambah gambar yang sinematik, detail kecil yang diperhatikan dan sedikit bumbu hiburan, 21 Steps of May harus masuk dalam list tontonan kalian. Apalagi bagi perempuan, sangat direkomendasikan para perempuan untuk menonton film ini. 


Posting Komentar untuk "Review Film 27 Steps Of May (2018)"