Review Eps. 2 Ustad Milenial


Ustad Milenial merupakan serial original We TV yang disutradarai oleh Hestu Saputra dan dibuat oleh Eko Kristianto. Untuk info kredit lebih lanjut mengenai serial ini ada di review episode 1.

Pada episode 2 ini menampilkan Arbani Yasiz, Prilly Latuconsina, Yoriko Angeline, Hanggini, Endy Arfian, Umay Shahab, Cut Mini, dan Budi Settiyanto. Oh ya ada satu karakter bernama Bintari yang tidak ditulis siapa pemainnya di akhir kredit film (waduh).

Kita diperlihatkan karakter Susan yang diperankan Yoriko Angeline dan penampilan singkat Hanung Bramantyo. Yang mana Hanung menjabat sebagai Creative Supervisor pada serial ini.

SINOPSIS

Melanjutkan cerita sebelumnya, Ahmad memutuskan untuk menunda berangkat ke Kairo dan memilih untuk menetap setelah mengetahui hutang ayahnya dengan nominal yang gak nanggung, 2 miliar rupiah!.

Ahmad, Ibrahim dan Khadijah hendak mencari cara bagaimana caranya agar dapat membayar hutang workshopnya. Pak Daru selaku karyawan disana mencoba membantu dengan mengenalkan seorang pria yang dermawan.

Pria tersebut adalah Mas Syarif yang ternyata berniat untuk menikahi putri pak Daru yang masih duduk di bangku sekolah SMA.

DETAIL CERITA

Skip saja bagian ini jika tidak ingin kena Spoiler, atau langsung saja ke bagian ulasan.

Episode 2 dimulai dengan adegan kilas balik Ahmad, Ibrahim dan Timbo ketika mereka kecil tahun 2010. Diceritakan Timbo pergi bersama ayahnya, Timbo tidak bilang akan pergi kemana begitupun ayahnya. Timbo hanya berpamitan lalu berpelukan. 

Tidak dijelaskan kemana Timbo pergi sudah membuat saya curiga, pasti ada sesuatu yang disembunyikan. Notice pada mobil Timbo terlihat plat nomor dengan tahun 2010, keren, detail kecil yang diperhatikan.    

Ahmad kembali pulang dalam perjalanannya menuju bandara. Sesampainya dirumah, dia menanyakan terkait hutang ayahnya, memohon agar dia tinggal dan berusaha untuk menyelesaikan masalah ini. 

Ibu Ahmad akhirnya mengizinkannya walaupun sempat berargumen bahwa janganlah kamu membuang kesempatan besar, karena kesempatan tersebut tidak datang untuk kedua kalinya. Lalu Ahmad membalas "tidak membuang, namun menundannya". Menurut saya emang bisa ya ditunda?, nunda apa sih?, jadwal kuliah disana?.

Keesokan harinya, Ahmad dan Ibrahim memasuki workshop hendak keliling pabrik semacam room tour gitu lah, mereka bertemu dengan Kiya. Kiya menanyakan buku catatan yang diberikannya kemarin. Ahmad menjawab belum dibaca dan dia membawanya. Kiya pun mengambil kembali buku tersebut. Sepertinya ada pesan yang ditulis di buku itu yang sifatnya personal.

Setelah melakukan tur, Ahmad mengecek bagaimana keadaan keuangan workshopnya. Melihat beberapa berkas dapat disimpulkan bahwa membayar hutang 2 miliar tidak akan cukup menggunakan uang workshop. Maka solusinya negosiasi kepada pihak bank terkait.

Sebelum pergi ke bank, Ahmad, Baim dan Kiya melakukan shalat terlebih dahulu. Setelah shalat, kita diperkenalkan karakter bernama Bintari, putri pak Daru yang hendak berangkat sekolah untuk mengikuti ekstrakulikuler. Bintari terlihat sedang melamun, sedih dan murung. Entah apa yang sedang dihadapinya. 

Lalu mereka pergi ke kantor bank. Saat bernegosiasi, mereka hanya dapat membayar sekitar 5% dari keseluruhan perbulannya. Yang mana jika dibagi berarti sekitar 40 juta rupiah dalam sebulan. Bank tidak bisa menerima tawaran tersebut, Bank menginginkan 10%. Dalam scene ini, isu dalam pinjam meminjam, bunga, dan uang riba disinggung disini.

Mereka pun kembali ke pabrik, memikirkan cara agar dapaat mendapatkan pinjaman. Lalu pak Daru mencoba membantu, karena dia kenal dengan seorang pria yang dapat membantu mereka. Pria itu adalah mas Syarif, yang merupakan calon menantu pak Daru. Yup Bintari  melamun karena dia dijodohkan dengan mas Syarif. Dan mereka pun setuju untuk bertemu dengannya.

Akhirnya mereka bertemu satu sama lain, ada Ibrahim, Ahmad, pak Daru dan mas Syarif. Mas Syarif dengan tampilan rapih, berpeci dan religius, membuka percakapan dengan curhat bahwa dia sedang menghadapi sebuah isu. Basa basi aneh itu merujuk pada Bintari yang hendak dinikahinya. 

Mas Syarif ingin menikahi Bintari dengan usia terpaut jauh. Bintari baru 16 tahun dan mas Syarif.. entahlah udah tua pokoknya. Tentu pernikahan beda usia merupakan isu yang tabu untuk diangkat karena isu tersebut terbilang sensitif.

Mas Syarif terinspirasi dan mengikuti Nabi Muhammad SAW yang menikahi Siti Aisyah ketika umur 9 tahun. Namun Ahmad berargumen dia tidak setuju, karena Bintari masih dibawah umur dan belum dewasa. Mereka terdiam, scene menjadi intens dalam sesaat. Dan dipotong dengan membahas kerja sama mereka.

Besoknya, Ahmad mengajak Bintari untuk berbicara singkat di warung bu Samsul. Lagi, figuran dapat sedikit dialog yang aktingnya oke. Ibu ibu yang meminta kue saat malam tahlilan ternyata itu bu Samsul. Ahmad menanyakan kepada bintari mengenai kegiatannya bersekolah juga menanyakan cita citanya. Bintari menjawab yang penting orang tua bahagia dia juga akan ikut bahagia. Ahmad bertanya "Apa kamu bahagia atau tidak? (dengan keadaan sekarang)". Disamping patuh dan menuruti keinginan orang tua adalah tugas seorang anak, tetapi ingatlah bahwa setiap anak khususnya perempuan memiliki hak.

Hak yang dimaksud adalah hak untuk menolak dan memperjuangkan statusnya, bahwa dia bisa menolak keinginan orang tuanya untuk menikah, apalagi dengan pria yang berbeda jauh usianya, mengingat dia masih muda dan masih sekolah. Percakapan tersebut membuat Bintari berfikir dan menyadari suatu hal, hingga dia menangis dan meminta pulang bersama ayahnya.

Malamnya Ahmad bertemu dengan mas Syarif yang sedang berpikir dan mengeluhkan hubungannya dengan Bintari. Ahmad mengakui mungkin saja mas Syarif kepikiran karena ulah Ahmad. Pada scene ini mereka berdebat tentang pernikahan dibawah umur.

Mas Syarif melemparkan argumen bahwa dia sedang meneladani Nabi Muhammad, karena Nabi Muhammad menikahi perempuan bernama Siti Aisyah berumur 9 tahun. Ahmad menjawab tentu saja kita sebagai umatnya ingin meneladani sikap Rasulullah, namun banyak sekali pendapat dari para ulama mengenai menikah dibawah umur. Tetapi hal yang ditekankan disini niat Nabi Muhammad menikahi Siti Aisyah karena atas perintah Allah SWT. Lantas niat mas Syarif apa?. 

Perdebatan yang cukup menegangkan itu diakhiri dengan mas Syarif pergi dan membatalkan kerja sama mereka. Disini digambarkan bahwa Ahmad memang berbakat untuk menjadi guru atau ustad. Kita diperlihatkan karakter Ahmad yang belum terlihat sebelumnya, beradu argumen kepada orang yang lebih tua. Ingat kata almarhum ayahnya di episode 1? "Ketika kamu menjadi ustad, siapapun adalah muridmu" (yaa kira kira beliau bilang begitu saya lupa kalimat percisnya haha). Hal itu dilakukan Ahmad dengan baik.

Keesokan harinya, ayah Bintari mengucapkan terima kasih kepada Ahmad. Karenanya dia dapat berbicara lebih dalam hingga mengetahui perasaan putrinya dan dapat memperjuangkan haknya. Bintari pun kini hatinya terbuka dan kembali ceria.

Scene berpindah ke rumah Ahmad, ada inu dan Aisyah yang sedang memasak (well, secara teknis ibu yang masak). Aisyah kedatangan tamu, teman kampusnya bernama Susan (Yoriko Angeline). Susan tampil cantik dan sederhana, bahkan tidak jaim membantu ibu memasak.

Kemudian Ahmad dan Ibrahim pulang dan masing-masing saling berkenalan dengan Susan. Lalu mereka pun makan siang. Scene makan siang ini cukup lucu dan canggung dalam waktu yang bersamaan. Dan mulai ada ketertarikan satu sama lain antara Susan dan Ahmad.

Setelah selesai makan siang, ibu hendak memberikan bekal kepada ayah Ibrahim (Dony Alamsyah). Sebelum berangkat, Ibrahim dan Ahmad teringat Timbo sahabat sedari kecil yang pergi ke Amerika dan belum pulang. Mereka bernostalgia betapa dekatnya mereka bertiga seakan-akan tidak dapat terpisahkan.

Ketika ibu keluar, membawakan bingkisan makanan dan hendak pergi ke rumah Ibrahim. Tiba-tiba mobil parkir dihalaman rumah Ahmad. Terlihat Timbo (Umay Shahab) keluar dari pintu mobil mengejutkan Ahmad dan Ibrahim. Disaat bersamaan ibu Ahmad melihat Tagor ayah Timbo keluar dari mobil dan ibu bergegas masuk kembali kedalam rumah. Hmm mencurigakan, apakah ada hubungannya kenapa keluarga Timbo pergi jauh secara tiba-tiba?

Dan episode 2 pun bersambung. Mohon maaf tidak ada gambarnya karena dilarang mengambil (screenshot) konten WeTV. Jadi gambarnya seadanya saja hehe.

ULASAN

Secara teknis, ulasan episode 2 ini tidak jauh berbeda dengan ulasan sebelumnya. Gambarnya bagus dan audionya yang enak didengar.  

Episode 2 mengangkat 2 isu yang berbeda. Yang pertama isu mengenai riba bunga pada hutang, dan isu pernikahan dibawah umur. Yang mana ditampilkan dan dipresentasikan singkat, padat dan tidak bertele-tele.

Dalam syari'at Islam, bunga itu riba dan riba itu hukumnya haram. Tentu saja pihak bank tidak peduli akan hal itu, hutang tetap hutang yang harus dilunasi sesuai perjanjian sebelumnya. 

Pada dasarnya menikah muda dalam ajaran Islam sah sah saja, asalkan mampu dan syarat-syaratnya dipenuhi. Namun disisi lain hak perempuan untuk memilih harus di utamakan. Ditambah isu antara ayah dan anak yang kurang berkomunikasi. Bisa jadi sang ayah yang tidak mengerti kemauan sang anak. Maka dari itu komunikasi dan hubungan batin keluarga menjadi kunci utama.

Anyway, saya menemukan beberapa shot yang tidak berkelanjutan, atau biasa disebut shot continuity. Shot continuity pada episode kali terlihat cukup jelas ada adegan yang diambul dari angle X akan terlihat cukup berbeda di angle Z. Misalnya adegan di mushola dan di warung bu Samsul.

Saya suka penyampaian cerita yang diperlihatkan melalui tone warna pada serial ini. Ketika scene flashback tone warna akan terlihat menguning, warm dan sedikit gelap. Berbeda dengan peristiwa sekarang yang lebih berwarna. Hal tersebut biasanya lumrah dipakai sebagai salah satu cara memberitahu penonton mana scene kilas balik dan mana scene masa sekarang.

Sekilas melihat Kiya dan Ibrahim orang dibalik meja yang menjalankan workshop pabrik kayu terasa kurang meyakinkan. Mengingat selain masih sangat muda, ditambah paras wajah mereka yang terlihat seperti anak-anak (baby face) terutama Endy Arfian.   

Diakhir episode 2, mengutip ayat Al-Qur'an surat Al-An'am ayat 59. Pada intinya pengetahuan kita tidak akan pernah sebanding dengan Allah SWT. Allah mengetahui segalanya, mulai dari kunci-kunci ghaib, kunci ghaib yang dimaksudkan mungkin alam akhirat, surga atau neraka. Sampai tidak ada daun gugur, basah dan kering hingga sebutir biji didalam kegelapan bumi yang tidak luput dari pandangan-Nya dan tertulis dalam Kitab yang nyata.

KESIMPULAN

Tentunya makin penasaran dengan kelanjutan kisah perjuangan Ahmad dan kawan-kawan untuk melunasi hutangnya. Disisi lain ada konflik yang belum terungkap antara Maemunah (ibu Ahmad), ayah Ibrahim dan ayah Timbo, atau mungkin saja ada kaitannya dengan Muhammad (ayah Ahmad) dimasa lalu.

Serial Ustad Milenial dapat kalian nikmati di layanan streaming Iflix We TV, update 2 episode untuk VIP dan 1 episode untuk pengguna non VIP tiap hari senin dan kamis.

Posting Komentar untuk "Review Eps. 2 Ustad Milenial"